Seakan waktu tak pernah berhenti,demikian perkembangan penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) juga tidak pernah berhenti peningkatannya di tanah Papua. berbagai kebijakan dan kampanye telah dilakukan, namun masih saja di dapati bahwa penyakit ini terus menyebar dalam masyarakat terutama bagi mereka yang secara bebas melakukan hubungan sex. HIV sebagai virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia terus saja menjadi setan yang ganas dan mematikan. Pasalnya hingga saat ini belum satupun ditemukannya obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
Secara khusus di Tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat) masih menempati ranking teratas untuk kasus penyebaran HIV/AIDS secara nasional, dengan pengidap diperkirakan mencapai 6.000 orang. Adapun data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua tercatat hingga tahun 2009 telah mencapai 4.745 jiwa dan Papua Barat 1.500 orang. “Data terakhir tahun 2009 pengidap HIV/AIDS (ODHA) sekitar 6.245 orang dengan rincian di Papua 4.745 orang dan Papua Barat 1.500,” kata Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua, drh. Constant Karma, kepada Jubi usai gerak jalan santai dan pameran HIV/AIDS di kampus Uncen pekan lalu.
Data ini menunjukan ternyata masih banyak pengidap HIV/AIDS di Papua hingga masuk empat besar secara nasional. Padahal jika dilihat dari jumlah penduduk yang hanya 2,5 juta jiwa. Di sisi lain penyebarannya terjadi karena 94 persen faktor perilaku sex bebas dengan berganti-ganti pasangan. “Kaum pria menjadi pemicu utama penyebaran penyakit HIV/AIDS karena perilaku hubungan sex,” lanjut Karma.
Ia menambahkan jika dibandingkan dengan daerah lain sangat bervariasi, sebab selain hubungan sex juga ada narkoba yang menjadi penyebabnya.Misalnya di Jakarta atau Kalimantan.Akan tetapi dengan sering berganti-ganti pasangan tentunya dapat menyebabkan penyebaran penyakit yang mematikan ini. “Pria beresiko ini nantinya akan menjadi sasaran utama untuk diberikan imbauan agar meminimalisasi.Bahkan kalau bisa tidak melakukan hubungan seks dengan yang bukan pasangannya,” ujar Constant Karma.
Mantan Wakil Gubernur yang berakhir masa jabatannya pada tahun 2005 ini mengatakan, dengan jumlah 6245 orang yang terjangkit HIV/AIDS, menjadi pekerjaan rumah yang sangat berat bagi KPA Papua, terutama dalam menekan maupun mencegah penyebaran HIV/AIDS, yang didominasi dari hubungan seksual. Lebih lanjut, katanya dalam menekan maupun mencegah penularan HIV/AIDS di Papua, akan diubah, dari menghapus stigma bagi ODHA lebih kepada HAM, di mana, penanganan secara manusiawi bagi setiap ODHA.
Khusus di wilayah di Papua dengan tingkat pengidap tertinggi secara nasional yakni di Timika, disusul Bandung, Jakarta dan Denpasar. “Kalau kasusnya per kota, Timika berada dalam 4 besar yang jumlah ODHAnya sangat tinggi,” ujarnya.Bahkan di bawah Timika, yakni urut 5 juga kota di Papua yakni Nabire. “Untuk hitungan nasional per kota, ada 2 kota di Papua yang pengidap HIV/AIDSnya sangat tinggi,” ucapnya.
Evaluasi HIV/AIDS
Penyebaran penyakit HIV/AIDS di tanah Papua, akan dilakukan evaluasi apakah hal ini sudah menjadi kesadaran masyarakat untuk bersama mewaspadai hal tersebut. “Evaluasi besar akan kami lakukan tahun depan terhadap penyebaran penyakit HIV/AIDS di Papua, untuk melihat apakah lambat atau naik cepat,” kata Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua, drh. Constant Karma, beberapa waktu lalu di Jayapura.
Dirinya menjelaskan gerakan penyadaran dilakukan dari bawah, sehingga masyarakat ikut sadar dan terlibat dalam mengembangkan informasi yang diterima, selain itu, KPA Papua berencana akan memasukan materi pencegahan HIV/AIDS dalam kurikulum sekolah 2010 mendatang, dimana materi ini merupakan langkah awal membentengi siswa dan mengajak mereka paham tentang penyebaran AIDS. “Sosialisasi yang dilakukan tidak lagi perkelompok atau perorangan, tapi telah memasuki tahap sosialisasi masal,” tuturnya.
Sosialiasasi melibatkan sejumlah alat peraga termasuk pemutaran film bertema AIDS. Menurutnya, dengan sosialisasi yang rutin dilakukan, diharap penyebaran AIDS dapat ditekan.”Jadi ada yang berperan aktif dan bermanfaat lansung,” sambungnya. Manfaat lansung adalah dengan melihat keterlibatan masyarakat, misalnya apakah ini akan mengancam keluarga atau tidak. “Antara Papua dan Papua Barat sekitar 6000 jiwa pengidap HIV/AIDS, sehingga semua akan di evaluasi kembali apakah naik atau lambat dari data yang diterima,”ujar Karma..
Adapun terkait dalam tahun depan KPA berencana memasukan informasi HIV/AIDS dalam kurikulum sekolah 2010 mendatang. Materi ini merupakan langkah awal membentengi siswa dan mengajak mereka paham tentang penyebaran AIDS.
Selain perilaku hubungan sex yang bebas, ada beberapa laporan masyarakat dan kasus yang terjadi di Kabupaten Jayapura, yakni Pekerja Seks Komersil (PSK) di Jayapura didrop ke sebuah perusahaan dua hari jelang penerimaan gaji. PSK ini umumnya ditempatkan di perusahaan perkebunan sawit di Lereh Kabupaten Jayapura. “Saya sudah koordinasi dengan pihak terkait untuk mengecek kejadian ini,” katanya tanpa menyebut pelaku droping PSK.
Dikatakan karyawan perusahaan Sawit seperti di Lereh dan daerah tambang emas di Topo Kabupaten Nabire serta daerah lainnya, perlu mendapat informasi yang jelas mengenai HIV/AIDS. “Ini harus kita bongkar karena merupakan pemicu peningkatan HIV/AIDS yang terselubung,” tegasnya.
Berbagai upaya pencegahan selalu dilakukan pihak terkait termasuk ajakan menggunakan kondom dalam berhubungan sex. Namun dalam pemberian kondom yang di bagikan dan dijual kepada masyarakat bukan untuk mengajak masyarakat melakukan hubungan sex bebas.“Sex bebas sudah ada, sehingga kondom ada, jadi bukan kondom ada bukan untuk sex bebas,” tegas Karma.
Dirinya mengakui penggunaan kondom juga masih dapat berisiko terjadinya penularan penyakit HIV/AIDS, di mana pihaknya sudah menyediakan ATM kondom di tempat umum bahkan di lokalikasi seperti di Tanjung Elmo atau Sentani Turun Kekiri (Turki).. “Akan tetapi masih ada permasalahan dalam penyebaran kondom menyangkut penyimpanan dan distribusi,” pintanya.
Suatu harapan besar adanya kesadaran yang tinggi dalm masyarakat, agar dapat menghindarkan diri dari bahaya penyakit ini terutama dlam melkukan hubungan sex secara bebas, sebab resiko tertular bisa saja terjadi. “Penyakit ini kian bertambah, harus jadi tanggung jawab kita menekan penyebarannya. Selain itu pusat-pusat informasi dan sosialisasi hendaknya dimanfaatkan oleh warga untuk menjauhi penyakit ini. “Siapa pun dapat tertular, jadi mari jaga diri dari sekarang,” tandasny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar