Angka penderita HIV/AIDS tertinggi di Indonesia, angka terbesar penderita gizi buruk, sengketa pilkada berbuntut kerusuhan masih sering terjadi, penembakan2 misterius terulang lagi. Uang, Dana, Anggaran besar tidak menyentuh ke bawah. Korupsi merajalela,
fasilitas kesehatan dan pendidikan sangat buruk. Banyak anak Juara matematika dan olympiade fisika berarti harusnya kesempatan yang sama untuk anak-anak Papua bermain bola di Dunia.
EMSYK Football Club dirintis oleh Alphius Bukhey Pepuho sejak tahun 1930 sampai dengan tahun 1940. Sempat libur panjang, kemudian pada tanggal 17 Oktober 2003, EMSYK FC dimulai lagi oleh cucu dari pendiri EMSYK FC yaitu Petrus Benny Pepuho. Nama EMSYK sendiri diambil dari singkatan Embun Syklop (Gunung Cyclops yaitu nama dari Gunung di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua).
Cerita dimulai ketika Benny mulai resah melihat anak-anak Papua yang mulai terjerumus ke dalam masalah-masalah sosial di sekitar Jayapura. Benny bukanlah pemain bola, tetapi mantan anak motor cross yang saking gilanya dengan motor sampai menjajal beberapa kejuaran motocross. Kerisauan Benny tidak dialami sendirian, bersama Yohanes Songgonao (ex pemain Persipura) mereka mulai dari gang sempit, mengumpulkan beberapa anak-anak SD dan SMP untuk nendang bola. Fasilitas ? tidak ada, dukungan ? tidak ada, perhatian ? tidak ada, diawali dengan apa adanya, dan adanya apa saja dijadikan penyambung untuk meneruskan sebuah mimpi bahwa suatu hari anak-anak ini main di laga-laga besar.
Benny pegawai honorer perawat dan Songgonao mantan pemain yang hidup ’sangat sederhana’, tapi mereka mempunyai cita-cita bagi masa depan anak-anak Papua.
Perjuangan Benny dan Songgonao memang tidaklah mudah, selama kurun tahun 2003 sd 2007, mereka hrs menunggu anak-anak pulang sekolah baru bisa berlatih, jika hujan, jalan becek, latihan pun berhenti. Simpati dari keluarga besarpun mulai muncul, Benny diberikan sebidang tanah di kampung untuk mulai memindahkan latihan bola. Kadang mereka berduapun mulai membawa proposal kesana-kemari hanya untuk meminta kepada mereka yang mampu untuk membelikan perlengkapan latihan dan bola. masa sekolah bola tidak ada bolanya. satu, dua dan tiga pihak mulai berbelas kasihan kepada mereka, dan ‘paket’ pembangunan kantor, asrama 20 tempat tidur dan ruang serba guna sudah tampak disisi lapangan bola tanpa pagar.
Hiruk pikuk dunia politik, pilkada, sampai dengan gonjang-ganjing kekayaan Papua yang tidak sampai ke bawah, hanya menghiasi halaman-halaman media, lapangan pun tetap terisi oleh anak-anak yang mulai bertambah jumlahnya. Waktunya asah diri berujung pada aksi dalam ajang turnamen-turnamen lokal, dari turnamen kampung hingga nasional. Tak disangka-tak diduga, anak-anak kampung ini mulai dilirik oleh klub-klub besar, bahkan beberapa diantara mereka terleksi oleh Persipura, klub kebanggaan Papua yang kini telah meraih 3 Bintang Juara Liga. Klub dari Papua dan dari luar Papua juga menjadi tempat berlabuh anak-anak Emsyk untuk berkarier dalam permainan yang lebih besar dari sekedar lapangan kampung.
Apakah Benny dan Songgonao menikmati jerih lelahnya ? anak-anak yang telah terekrut atau terambil oleh klub-klub besar hanya dapat berkontribusi memberikan bola beberapa buah, net/jala untuk gawang, kadang kiriman Rp. 500.000,- untuk kas Emsyk. Sebanyak 26 Pemain muda dari Emsyk telah berkiprah di arena yang lebih populer. beberapa diantara mereka juga mengikuti pendidikan di Uruguay, dan terjaring dalam Tim Nasional usia muda. Namun kepergian mereka dari Emsyk tanpa selembar kontrak, maupun dokumen pendukung, maklum lah, Benny tidak terlalu peduli untuk sal surat-surat, yang penting, anak-anak bisa memperbaiki nasibnya sendiri dan masa depannya lebih baik dari sekedar pemain kampung.
Emsyk mulai menjajal beberapa turnamen dan hasilnya cukup membanggakan, catatan prestasi, berderet piala dan penghargaan kini disimpan dengan baik bersama sarang laba-laba di kantor sisi lapangan, di Waena , Jayapura. Paling tidak penghargaan dan piala tersebut adalah sebuah bukti dan apresiasi betapa anak-anak ini mempunyai sebuah harga dari pemain bola.
dari tahun 2007-2011 Emsyk mulai muncul sebagai Sekolah Sepak Bola SSB yang menonjol, karena mereka konsisten, disiplin, dan para pelatih yang memiliki ‘Passion’ besar untuk Mimpi dan Cita-cita besar bagi kebangkitan sepak bola Papua. Kejutan terjadi ketika tim dari Real Madrid Foundation mampir ke kampung Yabansai, Distrik Heram, Jayapura ini. Ada apa dengan raksasa bola Spanyol, alasan apa juga yang mendorong para pejabatnya ke Emsyk ? tentunya mereka tidak sedang mencari fasilitas, tapi kualitas.
12 Desember 2011 Emsyk mulai berbenah, pemain yang baik tentu akan dihasilkan dalam latihan dan tehnik yang baik, namun untuk menuju go Internasional, maka manajemenpun haruslah baik juga. Tanpa ada kepengurusan dan manajemen yang memadai, akan sulit untuk mengembangkan sayap hingga ke negeri orang. Beberapa nama baru masuk dalam jajarang manajemen Emsyk. Paling tidak, Emsyk sudah mulai berinisiatif untuk melakukan hal yang baik dengan cara yang benar. Hari itu, disahkan pendirian Yayasan Emsyk UniPapua. tambahan UniPapua, dari kata United Papua, artinya Emsyk yang mempersatukan, sebuah wadah persekutuan para pemain muda Papua. Sudah tidak tebantahkan bahwa Papua adalah Gudang Pemain hebat, bertalenta dan potensi yang luar biasa. Papua memiliki semacam ‘roh’ sepak bola dan bidang olah raga lainnya juga. setiap suku-suku di Papua memiliki keunikan dan keistimewaannya, anggaplah ini sebuah ‘mapping’ ilustrasi sebuah Dream Team atas kelebihan dari Suku-suku Papua, contohnya : suku (baca : Aitinyo-Ayamaru-Aifat ) di kepala Burung, memilik agresifitas yang tinggi, inovatif, sensitif dan responsif dengan gerakan-gerakan yang hebat, maka kita melihat bagaimana aksi Boaz Sollosa sangat dinikmati mata ketika bola menghampiri kakinya, dan debar jantung mulai terasa ketika ia menghampiri kotak pinalty lawan. Serahkanlah soal pertahanan kepada anak-anak suku dari Sentani (lihat bagaimana orang sentani membangun rumah di tengah Danau Sentani nan Eksotik) rata-rata rumah mereka adalah rumah pertahanan dari serangan suku-suku yang jaman dahulu kerap berperang. Kisah peperangan suku ini masih disisipkan pada Festival Danau Sentani setiap tahunnya. Jadi soal pertahanan lini belakang, niscaya anak-anak Sentani adalah para bek belakang yang tangguh-tangguh. Papua masih memiliki anak-anak suku Marind di selatan Papua, daerah sekitar Merauke dan sekitarnya, rata-rata perawakan mereka tinggi besar, gesit, pekerja keras, konsisten dan teratur. Belum lagi anak suku-suku di Pegunungan Tengah, yang sanggup menaklukan hutan belantara, bukit bahkan gunung-gunung, fisik yang prima, ketahanan yang teruji oleh alam, mereka pantas diposisikan ibarat ‘Park Ji Sung’ di Manchester United yang tidak pernah lelah lari depan belakang. Jangan diragukan kemampuan anak-anak Pegunungan Tengah, mereka ulet, tekun dan sabar, mereka juga bisa diposisikan sebagai ‘wing’. stok masih banyak juga, anak-anak suku asli Jayapura memiliki fleksibilitas yang tinggi, dan mereka adalah pelari yang cepat, postur atlit sepertinya sudah ‘built up’ ketika mereka lahir. Soal gelandang dan pengatur serangan, serahkan kepada anak-anak suku dari Biak, Serui dan daerah sekitar teluk, termasuk wasior dan manokwari. Ciri-ciri daerah ini adalah daerah pertama yang mendapatkan penertrasi pendidikan Zending dan kelompok-kelompok akademik para missionary yang merintis pendidikan Papua, sehingga dari daerah ini cukup banyak menghasilkan intelektual-intelektual dan guru-guru, para pengajar dan praktisi pendidikan. Otak pengatur serangan, dan otak-atik mendobrak pertahanan, serahkan saja kepada mereka. Masih banyak suku-suku lain di Papua yang memiliki kelebihan sehingga materi untuk membentuk Dream Team sangatlah mungkin.
Kembali ke Emsyk UniPapua. Desember sampai Januari 2012 dibuka pendaftaran ulang dan pendaftaran baru, anak-anak usia 6 hingga 21 tahun mulai berdatangan, kini total 340 anak didik terhimpun dalam Emsyk UniPapua. Animo dan antusisas yang sangat menggembirakan bagi pembinaan dan masa depan sepak Bola tanah air. Di awal tahun 2012, Petinggi PSSI dan Pelatih dari PSSI usia muda berkunjung pula ke lapangan Emsyk. Para mantan Pemain Persipura, dan praktisi bola Papua, tokoh-tokoh masyarakat kadang sering berkumpul di sisi lapangan untuk sekedar berdiskusi dan sharring tentang ‘Mimpi-mimpi’ mereka yang dititipkan ke anak-anak muda ini. Emsyk diperkuat dengan 6 pelatih, 2 diantaranya memiliki B Lisens. jadi pantaskan kalau Emsyk sudah merupakan akademi Sepak Bola. sebutlah Akademi Emsyk UniPapua.
sebanyak itu anak didik, tapi bola nya hanya beberapa buah saja. Memang Tuhan itu hidup, tak ada hujan tak ada angin, tak ada mimpi, tak ada dalam pikiran dan hati, memasuki bulan ke-2 tahun baru, sepertinya mukjijat terjadi: http://www.goal.com/id-ID/news/3338/grassroots-indonesia/2012/02/05/2887976/menteri-perhubungan-sumbang-bola-sepak-ke-uni-emsyk-papua
Jalan masih panjang, tapi bisa ditempuh. Hari ini akan diadakan pertandingan persahabatan antara Emsyk UniPapua dengan Persipura U21. Undangan dari negeri seberangpun datang, rencananya bulan Agustus mendatang, anak-anak Papua akan ditantang oleh 2 klub Singapura, kita lihat nanti peristiwa besar dalam meraih mimpi dan cita-cita ini. Paling tidak, anak-anak Papua ini telah mempunyai harapan bagi masa depan yang lebih baik.
Emsyk UniPapua mengupdate berita melalui FB Groups : Academy Emsyk UniPapua
Sumber :http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/02/22/sepak-bola-emsyk-unipapua-meraih-mimpi-dan-cita-cita-football-for-hope/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar